$0D

25.10.11

Cerpen : Tersenyumlah Ayah

Tersenyumlah Ayah
Oleh: Puput Erlina

Sang rembulan sudah mulai menampakkan cahayanya dan bintang-bintang pun ikut serta menghiasi seakan mereka turut bahagia melihat kebersamaan keluarga Pak Hadi yang bercanda dengan buah hatinya yang masih berusia 7 tahun. Kesya Widya Purhari itulah nama anak pertama dari Pak Hadi dan istrinya Rina. Tak heran jika Kesya menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Di saat mereka sedang nonton TV di kamar, Kesya berkata pada bundanya.
“Bunda … adek pengen masuk TV.”
“Memangnya adek mau ngapain, adek pengen jadi artis ya?”
“Iya dong bun, ka Kesya mau jadi penyanyi terkenal.”
“Hehehe … Baiklah sayang, ayah dan bunda pasti dukung.” Sahut ayah.
“Sudah-sudah … ini sudah malam, adek bobok ya, TV-nya bunda matikan.” Potong bunda.
“OK bundaku sayang, tapi cerita dulu ya bun!”
“Iya sayang …”
Bundapun memulai ceritanya seraya mengiringi anaknya terlelap dalam tidur. Seperti biasa bunda selalu bercerita tentang seorang peri kecil yang tinggal di sebuah taman yang penuh dengan bunga serta kupu-kupu yang terbang kesana kemari, taman tersebut adalah taman surga. Peri kecil itu sangat cantik dan ceria, oleh sebab itu Kesya bercita-cita menjadi peri kecil yang tinggal di surga. Selesai bercerita Rina memandang wajah anaknya dan ternyata Kesya belum tidur.
“Sayang … kamu belum tidur?” tanya bunda.
“Bunda, kapan Kesya bisa ke surga? Ayo bun, bawa Kesya ke surga!” pinta Kesya.
“Sabar sayang … belum waktunya Kesya ke surga, Kesya harus cari bekal dulu jadi anak yang pinter, sholihah dan yang penting Kesya harus berbakti pada orang tua.” Jelas bunda.
“Oh … gitu ya bun, kalau gitu ajari Kesya agar jadi anak yang pinter ya bun! Agar Kesya bisa pergi ke surga bersama ayah dan bunda.”
“Pasti sayang … sekarang adek bobok ya, jangan lupa doa dulu, emmuach …” pesan bunda seraya mencium kening buah hatinya.
© © © ©
Mentari mulai menyapa dan ditutupi oleh remang-remang embun pagi. Sudah waktunya Rina menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.
“Ayah, adek … ayo sarapan dulu, sudah siang lo ntar telat!”
“Iya sayang …” Jawab Pak Hadi. “Sebentar bun …” sahut Kesya.
Selesai makan Kesya berangkat ke sekolah, disusul ayahnya yang juga akan berangkat ke kantor. Seperti biasa Kesya berangkat bersama Revan. Revan adalah sahabat sekaligus tetangga samping rumah Kesya. Mereka pergi ke sekolah dengan jalan kaki, karena jarak rumah ke sekolahnya lumayan dekat.
“Revan … ayo berangkat!” Panggil Kesya.
“Tunggu sebentar Key, mama papa Revan berangkat.” Jawab Revan sambil berlari menuju Kesya.
Setelah 10 menit berjalan Revan dan Kesya sampai di sekolah, namun belum sampai masuk ke dalam kelas Kesya sudah dikejutkan dengan kedatangan ayahnya. Dilihat dari raut wajahnya, kelihatannya ada sesuatu yang membuat ayah panik. Sesampai di depan Kesya ayahnyapun berkata, “Sayang, hari ini kamu gak usah sekolah ya, pulang ikut ayah, ayah sudah izin Kepsek.”
“Memangnya ada apa ayah?” tanya Kesya penasaran.
“Sudah, nanti saja ayah ceritakan.” Jawab ayah berusaha menyembunyikan apa yang terjadi. Setelah 20 menit di perjalanan ternyata Pak Hadi membawa anaknya ke RS, dan betapa terkejutnya Kesya ketika melihat bundanya terbaring lemas di atas ranjang. Selama ini Rina menderita kanker paru-paru, dan kondisinya saat ini sangat kritis. “Bunda …” teriak Kesya sambil berlari menuju bundanya.
“Bunda … Bunda kenapa?” tanya Kesya seraya meneteskan air mata.
“Bund agak apa-apa sayang, Cuma kecapean ajak kok.” Jawabnya dengan suara lemas. Pak Hadi sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa meratapi cobaan yang diterima oleh istri yang sangat dicintainya. Apapun yang nantinya terjadi akan diterima dengan pasrah, tapi Pak Hadi selalu yakin bahwa istrinya bisa sembuh.
Namun apalah daya manusia, semua milik Allah dan akan kembali pada-Nya, dan ternyata Allah berkata lain, Sang Maha Kuasa telah memanggil Rina setelah dia menyampaikan pesan pada suami dan anaknya.
“Ayah mendekatlah!”
“Iya, ada apa sayang?” jawab Pak Hadi dengan mata berkaca-kaca tak kuasa menahan kesedihan.
“Sayang, jagalah anak kita baik-baik dan jadikan dia anak yang sholihah!”
“Sssttz … kamu itu ngomong apa sayang? Sudahlah, aku yakin kamu pasti sembuh, jadi tolong jangan bicara seolah-olah kamu ingin pergi.” Potong pak Hadi memegang bibir istrinya.
“Memangnya bunda mau pergi kemana?” Sahut Kesya.
“Kesya gak perlu tau bunda mau pergi kemana, yang perlu Kesya tau bunda akan selalu bahagia.” Jawab Rina.
Tak lama setelah mengucapkan kata-kata itu, perlahan Rina memejamkan kedua matanya. “Innalillahi wa Inna ilaihi Roji’un” Rina sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya. “Bunda …” jerit Kesya memeluk tubuh ibunya.
“Adek, relakan bunda, biarlah bundamu pergi dengan tenang. Kita berdoa saja semoga budan diterima di sisi-Nya. Amin …” Ayah berusaha menenangkan buah hatinya.
“Gak ayah … Kesya gak mau, Kesya ingin ikut bunda, bunda pergi kemana yah?”
“Bunda pergi ke surga sayang.”
“Bunda jahat … bunda tega ninggali Kesya. Bunda bangun bunda … mana janji bunda? Katanya bunda mau bimbing Kesya agar Kesya bisa masuk surga, tapi kenapa bunda tinggalin Kesya? Ayo bunda, bangun, jawab pertanyaan Kesya.” Tangis Kesya berusaha membangunkan bundanya. Pak Hadi sudah tak sanggup lagi melihat penderitaan anaknya, kasihan Kesya kalau harus kehilangan bundanya, dia masih kecil dan dia masih butuh kasih sayang yang lembut dari bundanya. Mau tak mau, dan suka atau tidak suka Pak Hadi dan Kesya harus menerima kenyataan pahit ini dan hidup berdua tanpa kehadiran sang bunda tercinta.
© © © ©
Tak terasa 6 tahun tlah berlalu, Kesya sudah mulai terbiasa hidup tanpa kehadiran bundanya. Sekarang Kesya tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, taat beribadah, dan juga cerdas. Biarpun usia Kesya masih muda, namun dia sudah berhasil meniti karir menjadi seorang penyanyi terkenal, dan yang sangat dibanggakan adalah Kesya menjadi penyanyi muslimah dan dia ingin membahagiakan orang tuanya sebagaimana pesan bundanya sebelum meninggal. Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi Kesya, karena hari ini Kesya libur, inilah saatnya Kesya pergi jalan-jalan bersama ayahnya ke taman Seribu Rupa yang tak jauh dari rumahnya.
“Bik, ayah kemana?”
“Mungkin di kamarnya non.” Jawab bibik.
“Oh … ya udah, terima kasih ya bik.” Sahut Kesya dengan suaranya yang lembut.
“Tok, tok, tok … Ayah, ayo berangkat!”
“Iya sayang … Kesya tunggu di mobil ya …!”
“Iya …”
Usia meminta izin kepada ayahnya, Kesya langsung pergi ke rumah Revan untuk mengajaknya. Dengan senang hati Revan menerima ajakan Kesya, selagi dia mampu, Revan tidak pernah menolak apapun yang diminta Kesya, begitupun sebaliknya. Mereka berteman sejak kecil, dan kedua orang tua mereka juga bersahabat, jadi apa salahnya kalau Pak Hadi dan kedua orang tua Revan menjodohkan mereka, toh mereka juga saling menyayangi. Sesampai di tempat tujuan, mereka langsung mencari tempat yang nyaman untuk bersanta-santai. Pak Hadi membawa catur, sedangkan Revan membantu Kesya membawa minuman dan makanan ringan.
“Ayo Van, main catur sama bapak!” tantang Pak Hadi.
“Baiklah Pak.” Jawab Revan.
“Main catur sih boleh, tapi awas ya kalau Kesya ducuekin, …” Sindir Kesya sambil menyiapkan makanan. Revan dan Pak Hadi memulai permainannya.
“Ayah … Kesya ingin bicara sesuatu sama ayah”.
“Skak Mat …! Hehehe …”
“Yach, kalah lagi dech … kapan ya Revan bisa ngalahin om?”
“Hmmm … tu kan benar, Kesya dicuekin.” Wajah Kesya mulai mengkerut.
“Oh … Kesya ngomong sama ayah, maaf sayang … kamu mau ngomong apa?”
“Ayah … Kesya sayang banget sama ayah dan Kesya ingin membahagiakan ayah”. Ucap Kesya dengan penuh kasih.
“Terima kasih sayang, tapi ayah sudah sangat bahagia, kaulah satu-satunya kebanggaan dan harta terbesar ayah.”
“Tapi itu semua belum seberapa yah, Kesya ingin ayah pergi ke tanah suci dengan hasil jerih payah Kesya sendiri. Itulah janji Kesya pada ayah, dan Revan yang akan jadi saksinya.” Jelas Kesya.
Mendengar ucapan putrinya tersebut, Pak Hadi langsung terenyuh dan tanpa disadari setetes air mata telah jatuh di pipinya, karena Pak Hadi tidak pernah menyangka kalau putrinya mempunyai keinginan semulia itu. Pak Hadi pun langsung memeluk putrinya seraya berkata, “Anakku sayang, engkaulah mutiara hati ayah dan engkaulah nyawa dalam raga ayah.”
“Subhanallah … sungguh indahnya kasih sayang seorang ayah dan anaknya.” Puji Revan. Mereka terus melanjutkan percakapannya dan Kesya pun menyiapkan makanan untuk Revan, dia mengupaskan buah apel kesukaran Revan. Setelah itu Kesya memberikan buah apel tersebut pada Revan.
“Van, ini aku sudah siapkan buah apel favoritmu,” tawar Kesya.
“Terima kasih Key, aku mau makan apel itu kalau kamu suapin.”
“Iich … Apa’an sich kamu Van, malu tu diliatin ayah.”
“Gak apa-apa Kesya, Revan benar, kamu harus pandai-pandai melayani Revan, ya hitung-hitung belajar jadi istri yang baik buat Revan.” Ucap ayah.
Kesya dan Revan hanya tersenyum malu mendengar kata-kata ayahnya. Tak lama kemudian Pak Hadi pergi meninggalkan Revan dan Kesya, karena Pak hadi ada janji dengan rekan bisnisnya.
© © © ©
Taman Seribu Bunga sudah mulai sepi, hanya ada Revan dan Kesya yang berada disitu, dan saat itu juga Kesya ingat masa lalunya bersama bunda. Dulu bunda selalu memberikan yang terbaik untuk Kesya dan selalu membuat Kesya tersenyum, namun semua itu sekarang hanya jadi kenangan semata. Dengan suara yang lembut Kesya bernyanyi untuk mengenang bundanya, seraya meneteskan air mata.
Nada-nada yang indah
S’lalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Tak ’kan jadi deritanya
Tangan halus dan suci
T’lah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan
Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang
Oh Bunda ada dan tiada dirimu
’Kan selalu ada di dalam hatiku

 Revan sungguh tidak sanggup bila dia harus melihat orang yang dia sayangi meneteskan air mata.
“Key, hapuslah air matamu, kamu tidak boleh terus terlarut dalam kesedihan begini.” Revan menghapus air mata di pipi Kesya, namun Kesya masih terdiam, Revanpun meneruskan ucapannya memegang tangan Kesya.
“Izinkan aku lebih dekat denganmu, agar bisa masuk dalam hati dan pikirmu, Key, aku sangat menyayangimu dan aku akan membahagiakanmu sampai waktu memanggilku.”
Mendengar ucapan Revan yang penuh kasih itu, akhirnya hati Kesya bisa luluh dan dia kembali tersenyum. “Aku percaya padamu Van.”
“Terima kasih Key, dan mungkin inilah waktu yang tepat untuk aku jujur padamu, tentang apa yang selama ini aku sembunyikan darimu. Sebenarnya aku …” Revan masih ragu mengungkapkannya.
“Iya, kamu kenapa? Gak apa-apa jujur aja.”
“Gini Key, sebenarnya selama ini aku menderita kelainan hati, dan saat ini orang tuaku sedang mencari pendonor untukku.” Jelas Revan.
“Apa Van? Jadi selama ini kamu …, tapi kamu masih bisa sembuh kan?” tanya Kesya masih tak percaya.
“Insya Allah.”
Selesai berbincang Revan dan Kesya pulang. Revan terus berusaha mempertahankan hidupnya demi Kesya, dan Kesya pun juga berusaha membantu kesembuhan Revan.
© © © ©
(2 Bulan Kemudian)
Inilah saatnya Kesya membalas semua kebaikan ayahnya, sudah 3 tahun ini Kesya mengumpulkan uang hasil konsernya dari kota ke kota yang akan dia gunakan untuk membiayai ayahnya naik haji.
“Alhamdulillah yah, sekarang Kesya sudah tepati janji Kesya sama ayah, Ayah bahagiakan?”
“Ayah sangat bahagia sayang, engkau memang peri kecil ayah. Ayah tidak tau lagi apa yang harus ayah lakukan untuk membalas ini semua.”
“Sudahlah yah, ini sudah kewajiban Kesya untuk membahagiakan ayah, jadi tidak perlu ada balasan, justru Kesya yang masih banyak hutang budi pada ayah.” Jawab Kesya.
“Terima kasih sayang, sebentar lagi ayah berangkat, kamu baik-baik saja ya di rumah, ayah akan berdoa untuk kebahagiaanmu.” Tutur ayah.
“Baiklah yah, ayah juga hati-hati disana, Kesya sayang ayah.”
Saat ini Kesya sangat bahagia, karena ayahnya sudah bisa naik haji. Namun kebahagiaan itu masih kurang lengkap, sebab Revan saat ini sedang terbaring lemah di tempat tidurnya. Kesya pun berniat menjenguk Revan ke rumah untuk berbagi kebahagiaan. Sesampai di rumah, ternyata Revan sudah di bawa ke rumah sakit, dan kondisinya sangat mengkhawatirkan. Kesya sangat panik, dan sudah tidak ada waktu lagi. Revan harus segera dioperasi, jika tidak, dia tidak bisa diselamatkan, namun keluarga Revan belum juga mendapatkan pendonor, dan akhirnya Kesyalah yang turun tangan. Dia rela mendonorkan hatinya untuk Revan, dia akan krobankan hidupnya untuk orang yang sangat berharga baginya. Sebelumnya keluarga Revan sudah melarang, namun Kesya tetap bersikeras pada pendiriannya.
Sungguh menyedihkan, pengorbanan Kesya untuk Revan gagal, dan akhirnya Revan dan Kesya tidak bisa diselamatkan. Mereka pergi membawa cinta sucinya. Inilah takdir hidup, mungkin Kesya dan Revan sudah ditakdirkan untuk selalu bersama, sampai-sampai ajal mereka pun dijemput pada waktu yang sama. Begitulah akhir cerita cinta suci Revan dan Kesya. Sebelum melalakukan operasi Kesya menitipkan surat untuk diberikan pada ayahnya, jika ayahnya sudah pulang dari tanah suci. Tak lama setelah kematian Kesya dan Revan, Pak Hadi pulang dan dia mencari peri kecilnya untuk diberi oleh-oleh dari mekkah. Sudah hampir satu jam Pak Hadi mencari, namun Kesya tak kunjung datang.
“Kesya … kamu dimana sayang? Ini ayah bawakan oleh-oleh untukmu.”
“Pak Hadi maaf mengganggu, saya ingin menyampaikan titipan Kesya untuk bapak.” Ucap mama Revan sambil memberikan surat, Pak Hadi pun segera membacanya.

Untuk Ayahku tercinta
Tersenyumlah ayah … karena saat ini Kesya sangat bahagia, apa yang Kesya inginkan sudah terwujud. Kesya bahagia jika ayah bahagia, Tapi maaf, Kesya tidak dapat menjemput kedatangan ayah, mungkin saat ayah membaca surat ini, Kesya sudah tidak berada di samping ayah lagi, karena saat ini Kesya sudah pergi jauh yah, Kesya sudah bersama bunda di surga. Sekali lagi Kesya minta maaf karena tidak sempat berpamitan pada ayah. Tapi tenaglah yah, Kesya sudah bersama bunda di surga. Sekali lagi Kesya minta maaf karena tidak sempat berpamitan pada ayah. Tapi tenanglah yah, Kesya pergi membawa kebahagiaan. Kesya yakin, pasti saat ini air mata telah membasahi pipi ayah. Tersenyumlah untuk Kesya yah, hapus air mata ayah. Kesya tak ingin ada kesediahan. Tersenyumlah ayah …… Hanya senyum dan keikhlasan ayah yang mampu membawa Kesya dalam pelukan-Nya. 



Dari : Peri Kecilmu
                                                                                                          

0 comments:

Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

 
Design by ABDUL QOHWAH | KOPLAK FAMILY