$0D

14.11.11

MAULID NABI MUHAMMAD SAW.


Pendahuluan
            MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam. Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut, berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut sejak seribu tiga ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan, berjuta jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
Pada setiap hari di kala fajar menyingsing, lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muadzdzin bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun bersembahyang lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak mereka bersujud kepada Allah, membaca selawat buat Rasulullah.
Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya hari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat pulang, kini muadzdzin bangkit menyerukan orang bersembahyang dhuhur, lalu salat ‘ashar, magrib, ‘isya’. Pada setiap kali dalam sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan hati dan syahdu. Dan selama mereka dalam rangkaian sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut asma Allah dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka, dan akan begitu mereka, setelah Allah memperlihatkan agama yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh umat manusia.
            Nabi Muhammad SAW. adalah utusan Alloh kepada seluruh umat manusia. Baginda Nabi merupakan akhir para Nabi dan imam/ pemimpin para utusan. Baginda Nabi merupakan keturunan dari pemimpin-pemimpin Qobilah Quraisy (suatu qobilah di Kota Makkah al Mukaromah). Garis nasab Baginda Nabi bersambung dengan Nabi Isma’il bin Nabi Ibrohim ‘alaihimas salam. Nabi Muhammad SAW. dilahirkan di kota Makkah pada hari Senin tanggal 12 R. Awal tahun gajah (Agustus 570 M.).
            Ayahanda Baginda Nabi adalah Abdulloh bin Abdul Muthollib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyoi bin Kilab. Sedang ibunda Baginda Nabi adalah Siti Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Jadi, garis nasab antara ayahanda dan ibunda Baginda Nabi berkumpul pada Kilab, kakek yang kelima. Ayahanda Baginda Nabi meninggal dunia ketika Baginda Nabi masih berada di dalam kandungan. Ketika itu, umur ayahanda Baginda Nabi masih 18 tahun dan dikuburkan di kota Madinah tanpa meninggalkan harta benda sebagai warisan. Tatkala Baginda Nabi berusia 6 tahun, ibunda tercinta meniggal dunia dalam perjalanan pulang dari kota Madinah sewaktu melakukan perjalanan beserta Abdul Muthollib ke kota Madinah untuk menziarohi maqom ayahanda Baginda Nabi dan disemayamkan di tanah Abwak, sebuah tempat yang di antara kota Makkah dan Madinah. Lalu Baginda Nabi diasuh oleh Ummu Aiman, hamba sahaya Abdulloh, ayahanda Baginda Nabi.
            Setelah meniggalnya Siti Aminah, ibunda Baginda Nabi, Baginda Nabi berada di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthollib. Seorang kakek yang sangat amat menyayangi Baginda Nabi, melebihi rasa kasih sayang kepada putra-putranya sendiri. Namun kebahagian yang baru saja diperoleh Baginda Nabi sirna ketika kakek yang menyayanginya, Abdul Muthollib meninggal dunia setelah merawat Baginda Nabi selama 2 tahun. Kemudian hak asuh terhadap Baginda Nabi dipercayakan kepada pamannya, yaitu Abu Tholib, seorang yang miskin namun amat disegani oleh orang Quraisy. Setelah mendapat hak asuh Baginda Nabi, Alloh SWT. melimpahkan rizqi yang banyak kepadanya.
            Orang-orang Quraisy mengenal Baginda Nabi sebagai pribadi yang jujur, amanah, bijaksana, pemalu, dan rendah diri. Sehingga orang Quraisy menjuluki Baginda Nabi dengan sebutan al Amin (orang yang dapat dipercaya). Oleh karena itu, orang Quraisy sangat menyukai dan menghormati Baginda Nabi sebagai pribadi yang mulia dan patut diteladani. Sejarah mencatat, ketika orang Quraisy ingin merenovasi bangunan Ka’bah (ketika Baginda Nabi berusia 35 tahun) terjadi perselisihan di antara tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Mereka bersepakat bahwa yang berhak melakukannya Baginda Nabi, al Amin. Namun, meskipun mendapat kepercayaan dari mereka, Baginda Nabi tidak serta merta meletakkan Hajar Aswad sendiri. Tapi Baginda Nabi mengajak seluruh komponen orang Quraisy untuk bersama-sama mengangkat Hajar Aswad yang sudah diletakkan diselendangnya. Lalu Baginda Nabi meletakkan Hajar Aswad dengan tangan Baginda Nabi yang mulia.
            Selain mempunyai sifat yang terpuji, Baginda Nabi juga dijaga oleh Alloh SWT. sejak kecil dari segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang Jahiliyah. Seperti, Baginda Nabi tidak pernah minum khomer (arak) dan tidak pernah menyembah berhala.

Dasar-Dasar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
            Maulid Nabi Muhammad SAW. adalah sebuah perayaan yang sudah menjadi tradisi bagi umat Islam, khususnya di Indonesia. Di mana setiap tanggal 12 bulan Robi’ul Awal, seluruh umat Islam akan merayakannya sesuai dengan adat istiadat dan tata cara masing-masing. Dan perayaan maulid Nabi ini termasuh bid’ah hasanah (perbuatan baik yang tidak terjadi pada zaman Nabi). Dalam arti, perayaan maulid Nabi meskipun tidak ada dalil al Qur-an dan haditsnya, tapi tetap dianjurkan oleh agama. Jadi, perayaan maulid Nabi merupakan sarana sebagai ungkapan rasa cinta dan takdim (hormat) kita kepada Nabi Muhammad SAW. karena pada akhirnya nanti syafa’at-nya lah yang kita harapkan. Melalui peringatan Maulid Nabi kita ungkapkan rasa cinta kita kepada Nabi, kita lantunkan bacaan sholawat kepada beliau Nabi di setiap waktu.
            Ungkapan keagungan ini tidaklah berlebihan karena Alloh Azza wa Jalla pun memuji beliau, bahkan senantiasa bershalawat kepadanya, firman-Nya, "Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, sampaikanlah shalawat dan salam kepadanya." (Q.S. Al Ahzab [33]:56).
إن الله وملائكته يصلون على النبى, يآأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. ﴿الأحــزاب : 56﴾
Demikianlah Alloh dan para malaikat bershalawat kepadanya, seharusnya apalagi kita sebagai makhluk kecil yang tiada berdaya ini. Apakah kita sekalian, sebagai umatnya, umat yang sangat amat banyak dosa, yang besok pada hari akhir sangat mendambakan syafa’at-nya, tidak akan mengikuti perintah Alloh, perintah untuk memberikan salam takdim dan do’a keselamatan kepada Baginda Nabi? Apakah kita mencintai Baginda Nabi?
Bayangkan saja andaikata kita tidak punya penuntun, tidak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat yang belum diketahui sebelumnya, pastilah tidak akan menentramkan perjalanan tersebut. Tapi jikalau penuntun, arah, dan tujuannnya jelas, maka langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman. Dan Rasulullah SAW adalah penuntun dan panutan kita sepanjang zaman
Dijelaskan oleh Imam Abu Syamah Syaikh Nawawi dalam kitab I’anatuth Tholibin bahwa segala bentuk kegiatan yang bertepatan pada hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. baik itu berupa pemberian shodaqoh atau melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan/ meringankan beban orang-orang faqir, itu merupakan sebuah tanda ungkapan rasa cinta dan hormat kepada Baginda Nabi di dalam hati orang yang melakukannya, serta ungkapan rasa syukur terhadap Alloh SWT. atas penciptaan Baginda Nabi sebagai utusan yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
            Dan Imam Al Hafidz Ibnu Hajar berpijak dalam memperingati Maulid Nabi pada dalil yang tetap di dalam hadits, yaitu haditsnya Imam Bukhori dan Imam Muslim rodli’allohu ‘anhuma, bahwasanya ketika Baginda Nabi tiba di negara Madinah bertemu orang Yahudi yang sedang melakukan puasa pada hari ‘asyuro. Lantas Baginda Nabi bertanya pada tentang puasa mereka. Lalu orang Yahudi menjawab, “Hari itu di mana Alloh SWT. menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa AS. dari kejaran Fir’aun. Dan puasa yang kami lakukan ini merupakan ungkapan syukur kami kepada Alloh SWT. Kemudian Baginda Nabi :”Kita (orang-orang muslim) lebih berhak untuk bersyukur kepada Alloh SWT. daripada kalian semua”. Dari kejadian ini, Imam al Hafidz Ibnu Hajar menjadikan perkataan Baginda Nabi sebagai pijakan bahwasanya memperingati hari yang membahagiakan itu dianjurkan, sebagai ungkapan syukur kepada Alloh SWT. seperti memperingati hari diselamatkannya Nabi Musa AS dari kejaran Fir’aun dan memperingati hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.
            Dan diceritakan pula, bahwa Abu Lahab, paman Baginda Nabi diberi keringanan siksaan oleh Alloh pada setiap hari senin. Sebab dia telah memerdekakan Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab, karena rasa gembira atas kelahiran Baginda Nabi. Hal ini menunjukkan bahwa melakukan amal baik untuk memperingati Maulid Nabi seperti bershodaqoh dan lain sebagainya sangat besar pahalanya.

Sejarah Ringkas Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
            Dalam beberapa riwayat diceritakan, Imam Busyairiy (pengarang kitab Burdah) yang menderita sakit kelumpuhan pada kakinya, tengah menempuh perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepanjang perjalanan, hatinya dipenuhi kerinduan yang begitu mendalam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Lalu ia menuaikan rasa rindu itu ke dalam bait-bait syair pujian yang dilantunkannya sepanjang perjalanan seraya berlinang air mata. Sampai kemudian dalam kelelahannya, ia tertidur dan mimpi bertemu Rosululloh SAW. Dalam mimpinya Rosululloh SAW. dengan penuh kasih saying menyelimuti tubuhnya dengan burdah (selimut) beliau. Dan anehnya, begitu terbangun dari tidur, ia mendapati tubuhnya telah sembuh total dari kelumpuhannya.
            Diungkapkan pula oleh Imam as Syarqowi bahwa sesungguhnya perayaan Maulid Nabi itu telah dilaksanakan sejak kurun ke-3. Kemudian, seluruh umat Islam di belahan bumi ikut merayakannya pula. Bahkan pada zaman Dinasti Fatimiyah perayaan sangat begitu populer. Dilanjutkan pada zaman Dinasti Ayyubiyah yang dipimpin oleh Kholifah Sholahuddin al Ayyubiyah, perayaan Maulid Nabi disemarakkan di seluruh penjuru wilayah kekuasaannya, khususnya di Negara Turki, disertai dengan kesungguhan dalam membaca bacaan Maulid Nabi SAW. sehingga tampak bagi mereka segala berkah dan anugrah alloh.

 

Fadhilah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

            Berbicara tentang fadhilah maulid Nabi, takkan bisa dikupas secara keseluruhan, karena begitu banyak fadhilah yang diluar pengetahuan kita, namun bisa kita rasakan ketika kita melaksanakannya.
            Imam al Junaid sedikit memberikan kejelasan tentang fadhilah maulid Nabi, bahwasanya barang siapa yang menghadiri perayaan maulid Nabi dan mengagungkan derajat baginda Nabi, maka dia telah memperoleh keberuntungan dalam beriman.
            Dijelaskan pula oleh Imam Ma’ruf al Karokhi qoddasallohu sirrohu, barang siapa yang menyiapkan makanan, mengumpulkan para sudara- saudaranya, menyalakan lampu rumahnya, memakai pakaian yang bagus, memakai wangi-wangian karena untuk membaca maulid Nabi serta untuk mengagungkannya maka Alloh mengumpulkan dia nanti pada hari qiamat beserta golongan yang pertama dari para Nabi dan dia akan berada di surga ‘iliyyin. Dan barang siapa yang membacakan maulid Nabi SAW. pada uang (harta benda) yang dilapisi perak atau emas dan mengumpulkan uang (harta benda) tadi dengan uang (harta benda) yang lain, maka akan menjadi barokah uang tersebut dan si pemiliknya tidak akan pernah faqir serta tangannya tidak akan pernah kosong dari barokah Nabi Muhammad SAW.
            Dibicarakan pula oleh ulama’ lain, bahwa barang siapa yang bermaksud untuk menghadiri tempat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. maka dia telah menuju taman surga, karena dia tidak bermaksud mendatangi tempat tersebut kecuali karena cinta kepada Baginda Nabi, dengan landasan hadits : “ Barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga nanti”.
            Berdasarkan hadits Nabi  : “Barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga nanti” ini, Imam Sulthon Al Arifin Jalaluddin menjelaskan dalam kitabnya bahwa setiap rumah, masjid, atau tempat-tempat yang dibacakan maulid Nabi Muhammad SAW. akan mendapatkan ketentraman dan selalu mendapat rohmat dari Alloh SWT, serta akan selalu dijaga oleh para malaikat. Imam Sulthon al Arifin Jalaluddin juga menjelaskan bahwa penghuni setiap rumah, masjid atau rumah-rumah yang dibacakan maulid Nabi akan terjaga dari musibah kelaparan, penyakit, kebakaran, segala mara bahaya, sifat iri, pandangan negatif dan kemalingan. Dan Alloh juga akan memudahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar Nakir di dalam qubur.
            Dan diceritakan pada masa kepemimpinan Khoifah Malik bin Marwan, ada seorang pemuda tampan di negeri syam yang sedang bermain-main dengan kudanya. Tiba-tiba kudanya lari dengan kencang, sehingga sampailah dia pada jalan kota syam (Jalan menuju rumah kholifah). Dan pemuda tersebut tidak mampu mengendalikan kudanya, sehingga dia berada di depan pintu gerbang yang mengakibatkan bertabrakan dengan putra Kholifah. Nahas benar nasib putra kholifah, karena tim medis tidak mampu menolongnya dan pada akhrnya nyawa putra kholifah tidak dapat tertolong. Dan mediapun ramai mengekspose berita kematian putra kholifah, sehingga berita tersebut sampai pada telinga kholifah yang menjadikan kholifah murka dan serta merta memanggil pemuda yang menabraknya. Akhirnya pemuda tersebut menghadap kholifah seraya berbisik hatinya “Seandainya saya selamat dari bencana yang besar ini, maka saya akan mengadakan pesta yang di dalamnya dikumandangkan maulid Nabi”. Dan pada saat dia sampai di hadapan kholifah, ternyata kholifah justru tidak marah, malah tersenyum karena melihat pemuda tersebut, setelah sang kholifah memendam rasa murka akibat kejadian yang menimpa putranya. Lalu kholifah berkata “Hai pemuda, apakah kamu tukang sihir?. kemudian pemuda itu menjawab “tidak  wahai tuanku”. Kholifahpun berkata “Saya akan mengampunimu, tapi katakanlah apa yang kamu baca sehingga segala kemarahanku sirna ketika berhadapan denganmu.” Pemuda itupun menjawab “Saya hanya berjanji seandainya Alloh menyelamatkanku dari peristwa yang besar ini, niscaya saya akan mengadakan pesta untuk merayakan dan mengumandangkan maulid Nabi.” Dan akhirnya selamatlah pemuda itu, dan ia juga mendapatkan uang seribu dinar dari kholifah guna merayakan maulid Nabi.

 

Penutup

            Semoga dengan perayaan Maulid Nabi, kita semua menjadi umat Nabi yang dapat bersama Baginda di surga nanti. Amin. Kita lantunkan bacaan sholawat setiap hari, baik di dalam hati maupun dengan suara lantang yang keluara dari kedua bibir kita. Allohumma sholli ‘alaa sayyidina wa maulanaa Muhammadin wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam.

0 comments:

Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

 
Design by ABDUL QOHWAH | KOPLAK FAMILY